kepada Sang pemberi kehidupan
perempuan itu memanggil-manggil hujan
mengetuk langit ia
meminjam sinar mentari berhenti
ia tak butuh pelangi
lalu bertanya ia
adakah hujan memberi kabar
ia menunggu di bumi yang gersang
ia yakin
terus membaca mantra
doa puji puja
bahwa waktu itu akan tiba
perempuan itu akan berembun menanti pagi
ia begitu cantik, bening, dan rapuh
ia menghamparkan selendangnya ke atas
menangis menghiba pada Tuhannya
ia memejamkan matanya
untuk setiap waktu yang tersisa
lalu dilihatnya pipi dan matanya bagai bulir-bulir bening
ia lah perempuan yang beku pagi ini
(edrida pulungan)
happy internasional womwn day for tomorrow,
this poetry special for all beautiful woman in the world.
you are always special
0 komentar:
Posting Komentar